Kamis, 08 Mei 2014

KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM



TUGAS INDIVIDU
ETIKA DAN NILAI LINGKUNGAN
 KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM


Disusun Oleh :
Rima Septiani
( NPM : 13.13101.10.06 )


Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. H. Supli Effendi Rahim, M.Sc


PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
 TAHUN 2014




KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM
            Kesehatan lingkungan dapat dilihat dari berbagai segi, tergantung dari mata angin yang ingin memulai. Kesehatan lingkungan dari “frame-work” melalui konsep pendekatan ekologis yaitu dikenal dengan “the nature of man environment relationship”,namun bagi pendekatan tersebut terakhir ini kesehatan lingkungan dilihat sebagai kumpulan program maupun kegiatan kesehatan dalam rangka upaya manusia melalui teknologisnya menciptakan suatu kondisi kesehatan yang kemudian dikenal sebagai kesehatan lingkungan.
Dalam kaitannya dengan masalah ini kita menempatkan terminology kesehatan lingkungan dalam deretan akronim setingkat dengan kesehatan kerja, kesehatan jiwa, kesehatan angkasa dan lain sebagainya. Diasmping kesehatan lingkungan itu dapat dikaji dari segi pendekatan ekologis maupun pendekatan operasional, ternyata kita masih dapat mengkaji dari pendekatan perkembangan ilmu terapan baru (applied science) yang bersifat komprehensif (pendekatan multi disiplinner).
            Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dibidang lingkungan (Ecology) kita lebih menekankan system tersebut pada arti interaksi antar elemen didalamya. Interaksi yang senantiasa bersifat dinamis sehingga sering dijabarkan dalam pengertian “interactions between environment and mans biological system”
            Bertitik tolak dari model timbangan Gordon, kemudian dimodifikasikan pada suatu model lanjutanya dijelaskan oleh empat factor, yaitu:
a.       Faktor penentu kahidupan atau life support
b.      Aktifitas manusia atau man’s activites
c.       Bahanbuangan & residu karena kehadiran adan aktifitas manusia (residues and wastes
d.      Gangguan lingkungan (environmental hazard s)

Ø  Perubahan Ekosistem Terhadap Kesehatan Lingkungan
           Dari pendekatan ekologis, kesehatan lingkungan banyak tergantung dan dipengaruhi oleh berbagai ekosistem. Secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan yang masih dalam batas-batas wajar belum mendorong keseimbangan ekologis dan masih dapat ditolerir oleh kemampuan daya tahan          ( eksistensi) organisme melalui mekanisme adaptasi. Namun nanti bila keseimbangan kedua ini masih juga diperluas sampai batas tertentu barulah perubahan lingkungan dengan dampak stabilitasnya, ini mengganggu kesehatan.
Pada kondisi ini sudah tiba pada perubahan stabilitas lingkungan, biasanya kualitas lingkungan sudah sedemikian bergeser, sehingga tidak mampu lagi memenuhi daya dukung kehidupan.
        Beberapa hal yang dapat menimbulkan berbagai perubahan ekosisrem antara lain:
a.       Sampah buangan domestik.
b.      Sampah industri anorganik.
c.       Sampah industri organik.
d.      Sampah radio aktif yang bisa dihasilkan dari ekses sampingan dari pusat-pusat pembangkit tenaga.
e.       Sampah khusus pestisida
f.       Sisa deterjent
g.      Sisa minyak bumi, mulai dari bensin sampai pelumas maupun minyak cat.
h.      Buangan air gelontor yang panas yang membawa dampak termis terhadap kehidupan air.
i.        Berbagai sampah padat.
j.        Pembebasan berbagai gas, baik dari industri, pusat-pusat pembakaran, dan system tranportasi.
k.      Dan lain-lain.

Ø  Contoh :
Perubahan Ekosistem Air Terhadap Lingkungan
     Dengan adanya pencemaran-pencemaran air tidak mustahil umumnya dikota-kota besar didalam memenuhi kebutuhan air minumnya menggunakan air kali, karena kesulitan air bersih. Air kali dewasa ini justru lebih banyak mengalami pencemaran, baik dengan bahan-bahan yang masih dapat dihilangkan  melalui cara-cara teknologi modern maupun yang tidaka dapat dieliminir sama sekali teknologis karena pertimbangan biaya yang mahal untuk prosesnya.
Namun ada beberapa cara/ prinsip-prinsip yang minimal dapat dengan mudah digunakan diperusahaan-perusahaan air minum dengan jalan apa saja yang disebut                                    
“Drink Water Treatment”.
       Air murni yang ada didalam tanah ini sebenarnya berasal dari kondensasi uap air atmosfir yang dikenal sebagai air hujan. Air hujan ini kemudian membawa debu-debu, gas-gas CO2 dan O2 dari atmosfir serta bakteri-bakteri dari udara. Ketika sampai dipermukaan daratan justru lebih dicemarkan lagi dengan bahan-bahan organic lainnya, sebagian air akan diorganisir kedalam tanah dan sebagian tergenang atau di alirkan pada permukaan bumi melalui aliran-lairan air.
Selama dalam dataran tanah, baik sebagai iar permukaan atau sebagai air tanah terus-menerus mempunyai kecenderungan menjadi air kotor. Lebih-lebih di daerah industri yang banyak di buang “air limbah”
        Selama dalam tanah air ini lebih dikotorkan dengan berbagai pencemar antara lain:
·         Gas-gas yang larut dalam air, seperti gas CO2, H2S, Metan, O2, dan Nitrogen.
·         “Dissolved Mineral”, seperti Ca, Mg, Fe, Na, Mn, Karbohidrat-karbohidrat, sulfat, florida, nitrat, silikat, maupun lain-lain mineral atau persenyawaan bahan-bahan yang dibebaskan oleh industri-industri (Waste Product).
     Karenanya ditinjau dari adanya kecenderungan industrialisasi maupun kemungkinan-kemungkinan pencemaran air karena adanya perubahan ekositem ini, perlu adanya perlindungan air tanah dewasa ini. Mengingat air dewasa ini mempunyai “nilai sosial ekonomi” bagi segala kebutuhan hidup, maka berlakunya system andal dalam persiapan pendirian industri mutlak diperlukan.
               Ekosistem yang tertata dengan baik akan mengurangi resiko dan kerentanan, sementara ekosistem yang tidak dikelola dengan baik akan membahayakan manusia karena mempertinggi resiko terjadinya banjir, kekeringan, kegagalan panen pertanian atau penyakit. Degradasi ekosistem cenderung untuk merugikan masyarakat perdesaan secara langsung, dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Lebih lanjut lagi, pengaruh degradasi ekosistem yang langsung dan nyata dapat dirasakan oleh masyarakat miskin. Masyarakat yang kaya dapat mengontrol akses terhadap ekosistem sehingga memperoleh jasa ekosistem yang lebih besar, serta dapat memanfaatkan jasa tersebut pada laju per kapita yang lebih tinggi. Masyarakat kaya ini juga terlindungi dari fluktuasi ketersediaan jasa lingkungan (meskipun seringkali harus dibayar dengan biaya yang tinggi) melalui kemampuan mereka untuk membeli jasa ekosistem yang langka atau menyediakan substitusi jasa ini. Sebagai contoh, meskipun beberapa hasil perikanan laut telah menurun selama abad ini, pasokan ikan untuk konsumen yang kaya ternyata selalu terpenuhi karena kapal-kapal tangkap mampu berpindah ke daerah penghasil ikan yang dulunya belum tereksploitasi. Sebaliknya, masyarakat miskin seringkali tidak memiliki akses terhadap jasa alternatif yang lain, sehingga masyarakat miskin ini sangat rentan terhadap perubahan ekosistem dan dapat mengakibatkan kelaparan, kekeringan atau banjir. Masyarakat miskin ini tak jarang tinggal di daerah-daerah yang sensitif terhadap ancaman lingkungan dan mereka tidak memiliki dana dan kelembagaan yang cukup untuk mempertahankan diri dari bahaya. Degradasi sumberdaya perikanan, misalnya, akan menyebabkan penurunan protein yang dikonsumsi oleh para nelayan, mengingat bahwa para nelayan ini mungkin tidak memiliki akses terhadap sumberdaya lainnya dan mereka mungkin pula tidak punya penghasilan yang cukup untuk membeli ikan. Dengan demikian, maka degradasi sumberdaya perikanan ini akan mempengaruhi daya kemampuan untuk hidup para nelayan.
Dengan memasukkan semua pelaku di semua sector diharapkan masyarakat memiliki rasa kepemilikan terhadap keputusan pengelolaan lingkungan. Rasa kepemilikan terhadap pengelolaan keputusan akan membawa masyarakat komitmen terhadap keputusan yang dibuat bersama.
Suatu pendekatan ekosistem dalam pembangunan berkelanjutan dapat membantu suatu negara, wilayah atau perusahaan dalam :
  1. lebih memahami hubungan dan kaitan antara ekosistem dan kesejahteraan manusia;
  2. memahami fungsi ekosistem dalam mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan manusia;
  3. memadukan ekonomi, lingkungan, sosial dan aspirasi kultural;
  4. memadukan informasi dari keilmuan alami dan keilmuan sosial;
  5. mengidentifikasi dan mengevaluasi kebijakan dan pilihan pengelolaan untuk melestarikan jasa ekosistem dan menyesuaikannya dengan kebutuhan manusia;
  6. melaksanakan pengelolaan ekosistem yang terpadu.
Ø  Contoh Strategi Pendekatan Ekosistem
Strategi Pendekatan Ekosistem Dalam Pembangunan Berkelanjutan, Langkah pelaksanaan pendekatan ekosistem untuk pembangunan berkelanjutan :
1)      menetapkan para pelaku utama,menetapkan batasan wilayah ekosistem, dan mengembankan hubungan diantaranya,
2)      karakterisasi dari struktur dan fungsi ekosistem, dan menetapkan mekanismenya untuk mengelola dan memantaunya,
3)      mengenali kepentingan ekonomi yang akan berpengaruh kepada ekosistem dan penduduknya,
4)      menentukan dampak yang mungkin terjadi dari ekosistem kepada ekosistem sekitarnya,
5)      menentukan tujuan jangka panjang, dan cara yang fleksibel untuk mencapainya.
Komponen dari setiap langkah pengelolaan dengan pendekatan ekosistem
Ø  Langkah 1 : 1. Tujuan pengelolaan (air, lahan, dan biota) adalah pilihan masyarakat, 7. Dilaksanakan menurut ruang dan waktu yang tepat, 11. Mempertimbangkan semua informasi yang relevan, termasuk pengetahuan ilmiah dan kearifan tradisional, inivasi dan praktek lapangan, 12. Memasukan semua pelaku di semua sektor dan disiplin ilmu.
Ø  Langkah 2 : 2. Penyelenggaraannya dilaksanakan oleh organisasi yang yang paling dekat dengan lapangan (didesentralisasikan), 5. Melestarikan struktur dan fungsi ekosistem untuk mempertahanhan pelayanan jasa ekosistem, 6. Ekosistem dikelola dalam batas kemampuan fungsinya, 10. Mencari keseimbangan dan kesatuan antar pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati,
Ø  Langkah 3: 4. Mengenali manfaat potensial yang dapat diperoleh (ekonomi),
ØLangkah 4: 3. Mempertimbangkan pengaruh dari kegiatan terhadap ekosistem yang berdekatan/bersebelahan, 7. Dilaksanakan menurut ruang dan waktu yang tepat.
Ø  Langkah 5: 7. Dilaksanakan menurut ruang dan waktu yang tepat, 8. Dicapai sebagai upaya berjangka panjang, 9. Perubahan merupakan kenyataan yang harus diterima dan disikapi dengan tepat.