TUGAS
INDIVIDU
ETIKA DAN NILAI LINGKUNGAN
“ KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM “
Disusun Oleh
:
Rima
Septiani
( NPM : 13.13101.10.06
)
Dosen
Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. H. Supli Effendi Rahim, M.Sc
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2014
KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN
PENDEKATAN EKOSISTEM
Kesehatan lingkungan
dapat dilihat dari berbagai segi, tergantung dari mata angin yang ingin
memulai. Kesehatan lingkungan dari “frame-work” melalui konsep pendekatan ekologis
yaitu dikenal dengan “the nature of man environment relationship”,namun bagi
pendekatan tersebut terakhir ini kesehatan lingkungan dilihat sebagai kumpulan
program maupun kegiatan kesehatan dalam rangka upaya manusia melalui
teknologisnya menciptakan suatu kondisi kesehatan yang kemudian dikenal sebagai
kesehatan lingkungan.
Dalam kaitannya dengan
masalah ini kita menempatkan terminology kesehatan lingkungan dalam deretan
akronim setingkat dengan kesehatan kerja, kesehatan jiwa, kesehatan angkasa dan
lain sebagainya. Diasmping kesehatan lingkungan itu dapat dikaji dari segi
pendekatan ekologis maupun pendekatan operasional, ternyata kita masih dapat
mengkaji dari pendekatan perkembangan ilmu terapan baru (applied science) yang
bersifat komprehensif (pendekatan multi disiplinner).
Dengan semakin majunya
ilmu pengetahuan dibidang lingkungan (Ecology) kita lebih menekankan system
tersebut pada arti interaksi antar elemen didalamya. Interaksi yang senantiasa
bersifat dinamis sehingga sering dijabarkan dalam pengertian “interactions
between environment and mans biological system”
Bertitik tolak dari model
timbangan Gordon, kemudian dimodifikasikan pada suatu model lanjutanya
dijelaskan oleh empat factor, yaitu:
a.
Faktor penentu kahidupan atau life support
b.
Aktifitas manusia atau man’s activites
c.
Bahanbuangan & residu karena kehadiran adan
aktifitas manusia (residues and wastes
d.
Gangguan lingkungan (environmental hazard s)
Ø
Perubahan Ekosistem
Terhadap Kesehatan Lingkungan
Dari pendekatan ekologis,
kesehatan lingkungan banyak tergantung
dan dipengaruhi oleh berbagai ekosistem. Secara umum dapat dikatakan bahwa
perubahan-perubahan yang masih dalam batas-batas wajar belum mendorong
keseimbangan ekologis dan masih dapat ditolerir oleh kemampuan daya tahan ( eksistensi) organisme melalui
mekanisme adaptasi. Namun nanti bila
keseimbangan kedua ini masih juga diperluas sampai batas tertentu barulah
perubahan lingkungan dengan dampak stabilitasnya, ini mengganggu kesehatan.
Pada kondisi ini sudah tiba pada perubahan stabilitas
lingkungan, biasanya kualitas lingkungan sudah sedemikian bergeser, sehingga
tidak mampu lagi memenuhi daya dukung kehidupan.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan
berbagai perubahan ekosisrem antara lain:
a.
Sampah buangan domestik.
b.
Sampah industri anorganik.
c.
Sampah industri organik.
d.
Sampah radio aktif yang bisa dihasilkan dari
ekses sampingan dari pusat-pusat pembangkit tenaga.
e.
Sampah khusus pestisida
f.
Sisa deterjent
g.
Sisa minyak bumi, mulai dari bensin sampai
pelumas maupun minyak cat.
h.
Buangan air gelontor yang panas yang membawa
dampak termis terhadap kehidupan air.
i.
Berbagai sampah padat.
j.
Pembebasan berbagai gas, baik dari industri, pusat-pusat
pembakaran, dan system tranportasi.
k.
Dan lain-lain.
Ø Contoh
:
Perubahan Ekosistem Air
Terhadap Lingkungan
Dengan adanya
pencemaran-pencemaran air tidak mustahil umumnya dikota-kota besar didalam
memenuhi kebutuhan air minumnya menggunakan air kali, karena kesulitan air
bersih. Air kali dewasa ini justru lebih banyak mengalami pencemaran, baik
dengan bahan-bahan yang masih dapat dihilangkan
melalui cara-cara teknologi modern maupun yang tidaka dapat dieliminir
sama sekali teknologis karena pertimbangan biaya yang mahal untuk prosesnya.
Namun ada beberapa cara/ prinsip-prinsip yang minimal
dapat dengan mudah digunakan diperusahaan-perusahaan air minum dengan jalan apa
saja yang disebut
“Drink Water Treatment”.
Air murni
yang ada didalam tanah ini sebenarnya berasal dari kondensasi uap air atmosfir
yang dikenal sebagai air hujan. Air hujan ini kemudian membawa debu-debu,
gas-gas CO2 dan O2 dari atmosfir serta bakteri-bakteri dari udara. Ketika
sampai dipermukaan daratan justru lebih dicemarkan lagi dengan bahan-bahan organic
lainnya, sebagian air akan diorganisir kedalam tanah dan sebagian tergenang
atau di alirkan pada permukaan bumi melalui aliran-lairan air.
Selama dalam dataran tanah, baik sebagai iar permukaan
atau sebagai air tanah terus-menerus mempunyai kecenderungan menjadi air kotor.
Lebih-lebih di daerah industri yang banyak di buang “air limbah”
Selama
dalam tanah air ini lebih dikotorkan dengan berbagai pencemar antara lain:
·
Gas-gas yang larut dalam air, seperti gas CO2,
H2S, Metan, O2, dan Nitrogen.
·
“Dissolved Mineral”, seperti Ca, Mg, Fe, Na,
Mn, Karbohidrat-karbohidrat, sulfat, florida, nitrat, silikat, maupun lain-lain
mineral atau persenyawaan bahan-bahan yang dibebaskan oleh industri-industri
(Waste Product).
Karenanya ditinjau dari
adanya kecenderungan industrialisasi maupun kemungkinan-kemungkinan pencemaran
air karena adanya perubahan ekositem ini, perlu adanya perlindungan air tanah
dewasa ini. Mengingat air dewasa ini
mempunyai “nilai sosial ekonomi” bagi segala kebutuhan hidup, maka berlakunya
system andal dalam persiapan pendirian industri mutlak diperlukan.
Ekosistem
yang tertata dengan baik akan mengurangi resiko dan kerentanan, sementara
ekosistem yang tidak dikelola dengan baik akan membahayakan manusia karena
mempertinggi resiko terjadinya banjir, kekeringan, kegagalan panen pertanian
atau penyakit. Degradasi ekosistem cenderung untuk merugikan masyarakat
perdesaan secara langsung, dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Lebih
lanjut lagi, pengaruh degradasi ekosistem yang langsung dan nyata dapat
dirasakan oleh masyarakat miskin. Masyarakat yang kaya dapat mengontrol akses
terhadap ekosistem sehingga memperoleh jasa ekosistem yang lebih besar, serta
dapat memanfaatkan jasa tersebut pada laju per kapita yang lebih tinggi.
Masyarakat kaya ini juga terlindungi dari fluktuasi ketersediaan jasa
lingkungan (meskipun seringkali harus dibayar dengan biaya yang tinggi) melalui
kemampuan mereka untuk membeli jasa ekosistem yang langka atau menyediakan
substitusi jasa ini. Sebagai contoh, meskipun beberapa hasil perikanan laut
telah menurun selama abad ini, pasokan ikan untuk konsumen yang kaya ternyata
selalu terpenuhi karena kapal-kapal tangkap mampu berpindah ke daerah penghasil
ikan yang dulunya belum tereksploitasi. Sebaliknya, masyarakat miskin seringkali
tidak memiliki akses terhadap jasa alternatif yang lain, sehingga masyarakat
miskin ini sangat rentan terhadap perubahan ekosistem dan dapat mengakibatkan
kelaparan, kekeringan atau banjir. Masyarakat miskin ini tak jarang tinggal di
daerah-daerah yang sensitif terhadap ancaman lingkungan dan mereka tidak
memiliki dana dan kelembagaan yang cukup untuk mempertahankan diri dari bahaya.
Degradasi sumberdaya perikanan, misalnya, akan menyebabkan penurunan protein
yang dikonsumsi oleh para nelayan, mengingat bahwa para nelayan ini mungkin
tidak memiliki akses terhadap sumberdaya lainnya dan mereka mungkin pula tidak
punya penghasilan yang cukup untuk membeli ikan. Dengan demikian, maka
degradasi sumberdaya perikanan ini akan mempengaruhi daya kemampuan untuk hidup
para nelayan.
Dengan
memasukkan semua pelaku di semua sector diharapkan masyarakat memiliki rasa
kepemilikan terhadap keputusan pengelolaan lingkungan. Rasa kepemilikan
terhadap pengelolaan keputusan akan membawa masyarakat komitmen terhadap
keputusan yang dibuat bersama.
Suatu
pendekatan ekosistem dalam pembangunan berkelanjutan dapat membantu suatu
negara, wilayah atau perusahaan dalam :
- lebih memahami hubungan dan kaitan antara ekosistem dan kesejahteraan manusia;
- memahami fungsi ekosistem dalam mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan manusia;
- memadukan ekonomi, lingkungan, sosial dan aspirasi kultural;
- memadukan informasi dari keilmuan alami dan keilmuan sosial;
- mengidentifikasi dan mengevaluasi kebijakan dan pilihan pengelolaan untuk melestarikan jasa ekosistem dan menyesuaikannya dengan kebutuhan manusia;
- melaksanakan pengelolaan ekosistem yang terpadu.
Ø Contoh
Strategi Pendekatan Ekosistem
Strategi Pendekatan Ekosistem
Dalam Pembangunan Berkelanjutan, Langkah pelaksanaan pendekatan ekosistem untuk pembangunan
berkelanjutan :
1) menetapkan para pelaku utama,menetapkan batasan wilayah
ekosistem, dan mengembankan hubungan diantaranya,
2) karakterisasi dari struktur dan fungsi ekosistem, dan
menetapkan mekanismenya untuk mengelola dan memantaunya,
3) mengenali kepentingan ekonomi yang akan berpengaruh
kepada ekosistem dan penduduknya,
4) menentukan dampak yang mungkin terjadi dari ekosistem
kepada ekosistem sekitarnya,
5) menentukan tujuan jangka panjang, dan cara yang fleksibel
untuk mencapainya.
Komponen
dari setiap langkah pengelolaan dengan pendekatan ekosistem
Ø Langkah 1 :
1. Tujuan pengelolaan (air, lahan, dan biota) adalah pilihan masyarakat, 7.
Dilaksanakan menurut ruang dan waktu yang tepat, 11. Mempertimbangkan semua
informasi yang relevan, termasuk pengetahuan ilmiah dan kearifan tradisional,
inivasi dan praktek lapangan, 12. Memasukan semua pelaku
di semua sektor dan disiplin ilmu.
Ø Langkah
2
: 2. Penyelenggaraannya dilaksanakan oleh organisasi yang yang paling dekat
dengan lapangan (didesentralisasikan), 5. Melestarikan struktur dan fungsi ekosistem untuk
mempertahanhan pelayanan jasa ekosistem, 6. Ekosistem dikelola dalam batas
kemampuan fungsinya, 10. Mencari keseimbangan dan kesatuan antar pelestarian
dan pemanfaatan keanekaragaman hayati,
Ø Langkah 3:
4. Mengenali manfaat potensial yang dapat diperoleh (ekonomi),
ØLangkah 4:
3. Mempertimbangkan pengaruh dari kegiatan terhadap ekosistem yang
berdekatan/bersebelahan, 7. Dilaksanakan menurut ruang dan
waktu yang tepat.
Ø Langkah
5:
7. Dilaksanakan menurut ruang dan waktu yang tepat, 8. Dicapai sebagai upaya
berjangka panjang, 9. Perubahan merupakan kenyataan yang harus diterima dan
disikapi dengan tepat.