Rabu, 30 April 2014

Jejak Ekologi (Individu)



TUGAS INDIVIDU
ETIKA DAN NILAI LINGKUNGAN
 JEJAK EKOLOGI


Disusun Oleh :
Rima Septiani
( NPM : 13.13101.10.06 )


Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. H. Supli Effendi Rahim, M.Sc


PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
                                                      TAHUN 2014




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia dihadapkan pada kenyataan bahwa lingkungan hidup mengalami kerusakan yang semakin parah. Bencana banjir, longsor, dan kekeringan terjadi di berbagai daerah dengan intensitas yang cukup tinggi. Dalam tahun 2008, terjadi 197 kejadian banjir, 65 kejadian longsor, dan 22 kejadian banjir dan longsor. Konversi lahan hutan menjadi perkebunan, pertanian, permukiman, wisata dan pertambangan, yang dilakukan tanpa mengindahkan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan, berpengaruh secara signifikan terhadap kerusakan lingkungan tersebut. Dilihat dari aspek ekonomi, peningkatan pendapatan sesaat yang dihasilkan dari pemanfaatan ruang yang tidak mengindahkan kondisi ekologis, justru berdampak pada penurunan pendapatan di kemudian hari, karena produksi tidak berkelanjutan setelah area pemanfaatan mengalami kerusakan. Hal lainnya, tekanan terhadap ketersediaan air. Peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air. Pada saat yang sama, peningkatan kegiatan seperti industri dan pertambangan juga berdampak pada kualitas air. Lebih jauh, kualitas air dipengaruhi oleh kuantitasnya, karena menentukan kemampuan purifikasi air dalam menerima beban limbah. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan air adalah pemanfaatan ruang, terutama pada daerah tangkapan air.
Istilah Ecological Footprint (jejak ekologi) memang tidaklah sepopuler istilah konservasi. Sebagai sebuah metodologi, Ecological Footprint diperkenalkan oleh para pencinta lingkungan sebagai upaya meyakinkan masyarakat luas atas dampak gaya hidup manusia dalam mempengaruhi dan mereduksi langsung kemampuan bumi dalam menyediakan sumber daya alam, baik di darat maupun laut, yang mempunyai ekosistem produktif terhadap alam dan mengkomunikasikannya secara kuantitatif dalam bentuk yang mudah dipahami
Untuk mengukur dan mengetahui bagaimana dampak gaya hidup kita, dapat dilakukan dengan cara mengikuti ecological footprint quiz (kuis jejak ekologi)  Atau bisa juga dengan menghitungnya melalui Ecological Footprint Calculator (kalkulator jejak ekologi). 
Metode ini mempermudah kita melihat hubungan sebab akibat dari tindakan atau gaya hidup manusia terhadap kemampuan bumi dalam menopang kebutuhannya di dunia ini secara kuantitatif. Sehingga kita dapat mengetahui seberapa boros, seberapa banyak kita menghasilkan limbah dan seberapa berbahaya limbah yang kita hasilkan, hingga menyangkut penjumlahan total lahan yang diperlukan untuk menyediakan makanan, perumahan, transportasi, bahan-bahan konsumsi yang lain, serta pelayanan yang kita gunakan. Namun tidak semua lahan bisa berfungsi untuk menunjang kehidupan kita secara berkelanjutan. Oleh karena itu Jejak Ekologi hanya mengukur lahan yang mampu berproduksi dan mengelola limbah secara alami, atau yang disebut lahan produktif biologis.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu mengetahui jejak ekologi yang telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Karena dari jejak ekologi inilah kita dapat mengetahui, bahwa masing-masing individu kita termasuk merusak alam lingkungan yang ada.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Definisi Jejak Ekologis
Wackernagel dan Rees (1992) mendefinisikan Jejak Ekologis atau Appropriated Carrying Capacity suatu wilayah sebagai luas lahan dan air dalam berbagai katagori yang diperlukan secara eksklusif oleh penduduk di dalam wilayah tersebut, untuk :
a)    menyediakan secara kontinyu seluruh sumberdaya yang dikonsumsi saat ini, dan
b)   menyediakan kemampuan secara kontinyu dalam menyerap seluruh limbah yang dihasilkan. Lahan tersebut saat ini berada di muka bumi, walaupun sebagian dapat dipinjam dari masa lalu (misalnya : energi fosil) dan sebagian lagi dialokasikan pada masa yang akan datang (yakni dalam bentuk kontaminasi, pohon yang pertumbuhannya terganggu karena peningkatan radiasi ultra violet, dan degradasi lahan,Wackernagel dan Rees, 1992).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Galli, et al; (2012) menyatakan bahwa jejak ekologis dan biokapasitas adalah nilai-nilai yang dinyatakan dalam satuan yang saling terpisah dari suatu daerah yang diperlukan untuk menyediakan (atau regenerasi) layanan ekosistem setiap tahun seperti: lahan pertanian untuk penyediaan makanan nabati dan produk serat; tanah penggembalaan dan lahan pertanian untuk produk hewan; lahan perikanan (laut dan darat) ; hutan untuk kayu dan hasil hutan lainnya; tanah serapan untuk mengakomodasi penyerapan karbon dioksida antropogenik (jejak karbon), dan wilayah terbangun (built-up area) untuk tempat tinggal dan infrastruktur lainnya.
Sesuai definisi tersebut, Wada (1993) merumuskan jejak ekologis/appropriated carrying capacity dari kegiatan pertanian (hidroponik di rumah kaca dibandingkan dengan mekanisasi pertanian konvensional) sebagai berikut: “Luas lahan pertanian dan ekivalen lahan dari input pertanian lainnya (seperti energi dan material) yang dibutuhkan untuk memproduksi unit tanaman tertentu per tahun, menggunakan teknologi pertanian tertentu.”
Analisis Jejak Ekologis berawal dari analisis daya dukung penduduk yang ditentukan di dalam suatu wilayah tertentu. Analisis Jejak Ekologis telah digunakan untuk mendefinisikan daya dukung ekologis untuk destinasi turis di New Zealand.

2.2 Perspektif Teoritis Analisis Jejak Ekologis
Penelitian Wada (1999) mengemukakan implikasi penting dari teori termodinamika bagi ilmu ekonomi, yang merupakan alasan mengapa ekonomi neoklasik konvensional tidak bisa menjadi alat yang efektif untuk mengukur keberlanjutan ekologis, dan mengapa konsep ‘jejak ekologis' merupakan alternatif yang amat berguna untuk analisis ekonomi ekologi (economic mainstream).
a.      Hukum Pertama Termodinamika
Yang dikenal juga sebagai Hukum Konservasi Materi dan Energi (Georgescu-Roegen 1971 dalam Wada, 1999), menyatakan bahwa dalam sistem tertutup jumlah total massa atau energi akan tetap sama, meskipun salah satu massa atau energi tersebut mungkin telah berubah menjadi bentuk lain. Lebih lanjut Ehrlich (1993) menyatakan : “Jika energi di dalam suatu bentuk atau suatu tempat menghilang, jumlah yang sama harus muncul dalam bentuk lain atau di tempat lain. Dengan kata lain, meskipun transformasi dapat mengubah distribusi jumlah energi di antara berbagai bentuknya, namun jumlah total energi, ketika semua bentuk diperhitungkan, akan tetap sama. Dengan kata lain "materi dan energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan."
Hukum pertama telah memberikan dasar teoritis, yaitu prinsip keseimbangan energi untuk perhitungan penggunaan sumber daya. Ayres (1978) menyatakan: “Apa yang disebut prinsip keseimbangan energi, adalah bagian nilai total bahan dan energi yang diambil dari lingkungan alam sebagai bahan baku harus seimbang dengan jumlah total bahan dan energi yang kembali ke lingkungan sebagai arus limbah, dikurangi akumulasi dalam bentuk saham/ modal sumberdaya alam dan produk persediaan”.

b.      Hukum Kedua Termodinamika (Hukum Entropi)
Yang ditemukan oleh Rudolf Clausius pada tahun 1865, seorang ahli fisika Jerman, memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan hukum Termodinamika dan menemukan konsep entropi, mendasarkan pada para ilmuwan terdahulu (Wada, 1999). Hukum Kedua Termodinamika disebut sebagai Hukum Entropi atau Hukum Peningkatan Entropi. Entropi adalah ukuran penyebaran panas atau bahan (pada tingkat molekuler).
c.       Implikasi Hukum Kedua Termodinamika bagi Aktivitas Manusia
Wada (1999) mengatakan, aktivitas (ekonomi) manusia sangat kompleks, jauh dari ekuilibrium, dan mengorganisir sistem sendiri, sama seperti sistem kehidupan yang lain. Dengan demikian, perekonomian manusia (human economy) juga "tunduk pada hukum kedua termodinamika "(Rees 1998). Perbedaan utama antara ekonomi manusia dan sistem hidup lainnya adalah bahwa ekonomi manusia tidak hanya melakukan metabolisme biologis, tetapi juga 'metabolisme industri' (Ayres dan Simonis, 1994 dalam Wada, 1999). Meskipun ada perbedaan, ekonomi manusia masih diatur oleh hukum peningkatan entropi. Implikasi umum dari hukum kedua termodinamika untuk ekonomi manusia pertama kali diperkenalkan oleh Soddy (1912, 1926, 1934) yang dikutip oleh Wada (1999). Energi memasuki proses ekonomi dalam keadaan entropi rendah dan keluar dari sistem itu dalam keadaan entropi tinggi. Tsuchida dan Murota (1987) dalam Wada (1999) juga menjelaskan implikasi hukum entropi sebagai berikut : "Konsumsi pada umumnya setara dengan timbulnya entropi dan produksi selalu diikuti dengan konsumsi yang menyebabkan terjadinya peningkatan entropi pada sistem tertentu secara keseluruhan." Penting untuk dicatat bahwa "gambaran positif" selalu disertai oleh sesuatu yang "negatif". Artinya, sepanjang sisi proses pembuatan yang diinginkan, penciptaan produk limbah atau emisi entropi tinggi ke lingkungan selalu terjadi . Setelah energi /bahan bakar dibakar, entropi tinggi limbah panas dan asap akan dipancarkan ke lingkungan.

Kita tidak dapat dengan mudah mengubah mereka kembali ke bentuk asli entropi rendah (walaupun masih mungkin untuk melakukannya, namun perlu adanya tambahan entropi energi rendah dan materi yang akan secara bersamaan menyebabkan peningkatan lebih lanjut entropi secara total). Terlepas dari kenyataan bahwa gambaran negatif selalu muncul setiap kali gambar positif berlangsung, kelangsungan hidup manusia dapat dipertahankan.
2.3 Analisis Jejak Ekologis sebagai Instrumen untuk Menghitung Daya dukung Lingkungan

Menurut Wackernagel dan Rees (1996), Jejak Ekologis adalah “A tool for Planning Toward Sustainability”. Jejak ekologis adalah instrumen untuk menghitung (accounting tool), yang memungkinkan bagi kita untuk mengestimasikan kebutuhan manusia terhadap konsumsi sumberdaya dan asimilasi limbah pada sejumlah populasi manusia atau ekonomi, berkenaan dengan lahan produktif yang sesuai (Wackernagel & Rees, 1996). Jadi Jejak Ekologis merupakan ukuran “beban/muatan” dari sejumlah populasi tertentu terhadap lingkungan alam. Hal ini mencerminkan luas lahan yang diperlukan untuk mendukung tingkat konsumsi sumberdaya serta pembuangan limbah yang dilakukan oleh populasi tersebut. Jejak Ekologis dan Biocapacity adalah nilai-nilai yang dinyatakan dalam satuan yang saling terpisah dari suatu daerah yang diperlukan untuk menyediakan layanan ekosistem setiap tahun seperti lahan pertanian untuk penyediaan bahan makanan nabati dan produk serat; tanah penggembalaan dan lahan pertanian untuk produk hewan; area perikanan (laut dan darat) untuk produk ikan; hutan untuk kayu dan hasil hutan lainnya; lahan untuk mengakomodasi penyerapan karbon dioksida antropogenik (jejak karbon), dan wilayah terbangun (built-up area) untuk tempat tinggal dan infrastruktur lainnya (Galli et al; 2012).
Sebagai hasil dari teknologi maju dan perdagangan dunia, lokasi ekologi bagi populasi manusia tidak lagi berkaitan dengan lokasi geografisnya. Pada kondisi saat ini, kota dan wilayah tergantung pada produktivitas ekologis dan fungsi penunjang kehidupan dari tempat yang jauh di seluruh dunia. Namun demikian, bagi seluruh aliran material dan energi, harus ada ekosistem dan wadah penerima limbah (sinks) yang berkaitan, dan harus tersedia sumber air dan lahan produktif yang menyokong aliran material dan energi tersebut. Konsep jejak ekologis merupakan estimasi berdasarkan sumber daya alam pada wilayah tertentu serta aliran pelayanan yang dibutuhkan guna menyangga pola konsumsi suatu populasi, jumlah sumber daya yang digunakan beserta limbah yang dihasilkannya.
Konsep ini merupakan alat untuk menghitung seberapa besar penggunaan sumber daya alam oleh manusia, agar supaya dapat dihemat/dikurangi. Menurut Kajian Jejak Ekologis di Indonesia (2010), perhitungan jejak ekologis didasarkan pada asumsi sebagai berikut.
1)      Memungkinkan untuk merunut seluruh sumber daya yang dikonsumsi dan limbah yang dihasilkan
2)      Sebagian besar arus sumber daya dan limbah dapat diukur dari segi wilayah produktif biologisnya yang diperlukan untuk mempertahankan arus sumberdaya (flow). Sumberdaya dan arus limbah yang tidak dapat diukur dikecualikan dari penilaian.
3)      Dengan membobot bioproduktivitas setiap daerah secara proporsional, berbagai jenis daerah dapat dikonversi ke dalam unit umum hektar global (gha) yaitu hektar dengan rata-rata bioproduktivitas dunia.
4)      Luasan bioproduktif yang berbeda dapat dikonversi menjadi satu ukuran tunggal, yaitu hektar global (gha). Setiap hektar global pada satu tahun mencerminkan bioproduktif yang sama dan dapat dijumlahkan untuk memperoleh suatu agregat indikator jejak ekologis atau biokapasitas.
5)      Permintaan manusia terhadap sumberdaya alam yang dinyatakan sebagai Jejak Ekologis, bisa langsung dibandingkan dengan pasokan alam dan biokapasitasnya (biocapacity/supply), ketika keduanya dinyatakan dalam satuan hektar global (gha).
6)      Luas wilayah yang dibutuhkan (human demand) dapat melebihi wilayah pasokannya (nature’s supply), jika permintaan terhadap suatu ekosistem melebihi kapasitas regeneratif ekosistem tersebut (misalnya, masyarakat menuntut biokapasitas yang lebih besar terhadap areal hutan, atau perikanan).

Jejak ekologis menunjukkan daerah dengan air dan lahan produktif yang diperlukan untuk memproduksi sumber daya yang dikonsumsi, dan menjerap limbah yang dihasilkan, pada populasi tertentu, menggunakan teknologi yang tersedia. Luasan jejak tergantung dari besaran populasi, standar kehidupan, teknologi yang dipakai, serta produktivitas lingkungan. Untuk kebanyakan negara industri, jejak ekologis nasional melebihi apa yang disediakan secara lokal. Artinya mereka mengalami “defisit lingkungan”. Namun, jejak ekologis tidak akan sama besarnya dan oleh karenanya daya dukung secara global yang cocok untuk negara industri maju, belum tentu pas bagi negara lain (Wackernagel, 1999). Jadi, bagi setiap orang yang mengkonsumsi 3 kali lipat dari jumlah yang tersedia, maka terdapat 3 orang lainnya yang hanya menggunakan sepertiga dari rata-rata konsumsi mereka.
Terdapat 6 kategori utama dalam menghitung produktivitas lahan, yaitu :
1)      lahan subur – lahan produktif yang digunakan untuk pembudidayaan;
2)      padang rumput – lahan penggembalaan untuk ternak lembu dan susu, yang kurang begitu subur;
3)      hutan – perkebunan atau hutan alami yang menghasilkan kayu;
4)      lahan energi fosil – wilayah hutan yang dilindungi untuk absorpsi CO2;
5)      daerah terbangun (built up area) – penggunaan lahan bagi permukiman, jalan, yang biasanya berlokasi di lahan subur;
6)      laut – menyediakan produksi laut guna menambah kebutuhan pangan manusia.

Konsep jejak ekologis telah dikritisi karena metodologi yang dipakai kurang lengkap (Cox, 2000, 2004 dan Pearce 2005). Dasar perhitungan jejak ekologis adalah menggunakan lahan atau laut yang secara biologis produktif, yang diperlukan untuk menopang kehidupan sejumlah populasi tertentu. Namun pada kenyataannya, kondisi populasi manusia dan sumber daya alam tidaklah konstan, dan perhitungan lahan produktif cukup sulit karena harus membuat penilaian terhadap tingkat produktivitasnya. Selanjutnya, penggunaan teknologi secara signifikan dapat meningkatkan produktivitas lahan, sebaliknya aktivitas manusia dan teknologi juga dapat memberikan dampak negatif terhadap produktivitas lahan.
Kegiatan manusia tergantung pada biosfer, yang menyediakan terus menerus sejumlah besar sumber daya untuk mendukung pembangunan ekonomi dan kehidupan sehari-hari serta tempat untuk menampung bahan limbah yang dihasilkan (Ouyang, 1999). Konsumsi sumber daya alam yang berdampak pada ekosistem alam didefinisikan sebagai "jejak ekologis".

2.4 Perhitungan Jejak Ekologi (Ecological Footprint)
Perhitungan jejak ekologi (ecological footprint) didasarkan pada enam asumsi dasar (Wackernagel et al., 2002 in Wackernagel et al., 2008) yaitu :
1.        Sebagian besar konsumsi sumber daya dan limbah yang dihasilkan manusia dapat dilacak
2.        Kebanyakan aliran sumber daya alam dan limbah dapat dihitungh ke dalam area biologi produktif untuk menelusuri alirannya. Sumber daya alam dan limbah yang tidak dapat dihitung dikeluarkan dari penilaian, yang menjadikan hasil perhitungan jejak ekologi ini di bawah keadaan yang sebenarnya.
3.        Dengan pembobotan masing-masing daerah ke dalam proporsi produktifitas biologi yang digunakan, area yang berbeda dapat dikonversi ke dalam satuan umum global hektar, yaitu hektar dengan rata-rata produktifitas biologi dunia.
4.        Karena satuan global hektar tunggal menyatakan satu jenis penggunaan, dan semua global hektar pada satu tahun menyatakan jumlah produktifitas yang sama, maka global hektar dapat dijumlahkan untuk mendapatkan indicator agregat jejak ekologi atau daya dukung lingkungan.
5.        Permintaan manusia, dinyatakan sebagai jejak ekologi, dapat secara langsung dibandingkan dengan pasokan alam, daya dukung lingkungan, ketika keduanya sama-sama dinyatakan dalam global hektar.
6.        Luas area permintaan dapat melebihi luas area yang disediakan jika permintaan pada ekosistem melebihi kapasitas regenerative ekosistem (misalnya, manusia menuntut lebih dibandingkan daya dukung hutan, perikanan, dari ekosistem yang telah tersedia). Situasi ini, dimana jejak ekologi melebih tersedia daya dukung lingkungan, dikenal sebagai overshoot.

Dalam perhitungan jejak ekologi, daratan dan lautan produktif digolongkan menjadi tujuh jenis type dasar:
1.      Lahan pertanian, adalah lahan yang paling produktif secara hayati dibandingkan dengan semua jenis penggunaan lahan. Digunakan untuk menghasilkan semua produk tanaman, tanaman sawit dan karet.
2.      Lahan penggembalaan, adalah padang rumput dan tanah dan pepohonan jarang yang digunakan untuk menghasilkan pakan ternak.
3.      Lahan hutan, adalah hutan alami atau hutan tanam yang bisa menghasilkan produk kayu bulat maupun kayu bakar.
4.      Lahan perikanan, merupakan daerah tangkapan komersil yang sekitar 300 km dari pantai karena daerah pesisir merupakan daerah laut yang paling produktif.
5.      Lahan penyerap karbon, merupakan lahan hutan yang diperlukan untuk penyerapan emisi karbon yang dihasilkan manusia.
6.      Lahan terbangun, adalah lahan yang dihitung berdasarkan luas tanah yang ditutupi oleh infrastruktur, transportasi, perumahan, struktur industry dan waduk untuk pembangkit tenaga listrik. Dengan asumsi bahawa apa yang dibangun akan menempati lahan yang sebelumnya merupakan lahan pertanian, kecuali kita memiliki bukti spesifik bahwa asumsi ini tidak berlaku. Asumsi ini didasarkan pada pengamatan bahwa pemukiman manusia yang umumnya terletak di daerah yang sangat subur dengan potensi untuk menghasilkan lahan pertanian unggulan. Tanah terbangun memiliki produktifitas secara hayati setara dengan jejak ekologi karena keduanya menjelaskan perambahan lahan produktif secara hayati oleh infrastruktur fisik.
7.      Lahan keanekaragaman hayato, adalah digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup spesies selain manusia, yang besarnya 12 persen dari total lahan dunia.
Perhitungan jejak ekologi dibagi menjadi 3 tahap utama. Jejak ekologi individu dihitung berdasarkan semua material biologi yang dikonsumsi dan semua sampah biologi yang dihasilkan oleh tiap individu. Dan untuk menghitung jejak ekologi suatu daerah diperoleh dengan cara menjumlahkan jejak ekologi semua penduduk di daerah tersebut.
Tahap pertama adalah analisis konsumsi sumber daya biotik (pangan) dengan cara menambahkan produksi dan impor lalu dikurangi dengan ekspor. Alternatif lain dengan cara menggunakan data konsumsi penduduk yang didapat secara primer. Jika diperlukan, penyesuaian dilakukan untuk menghindari perhitungan dobel tipe lahan. Contoh, pakan ternak berupa biji-bijian dimasukkan dalam perhitungan lahan pertanian tidak pada lahan rumput penggembalaan. Perhitungan luas lahan yang dibutuhkan untuk konsumsi pangan didapat dengan cara membagi jumlah pangan yang dikonsumsi per tahun (ton) dengan produksi tipe lahan atau laut tertentu per tahun (ton per hektar) dari tempat asal panen.
Langkah ke dua menentukan luas jejak ekologi dari sampah yang dihasilkan. Dari perspektif jejak ekologi ada 3 kategori sampah dan masing-masing kategori berbeda penanganannya dalam jejak ekologi.
Kategori pertama adalah sampah biologi seperti sisa produk pertanian, produk hewan, produk ikan, kayu dan karbon dioksida yang dihasilkan oleh kayu bakar dan pembakaran bahan bakar fosil sudah termasuk di dalam secara implisit dalam jejak ekologi jika sampah ini dihasilkan di dalam suatu proses biologi tertutup. Contoh, lahan penggembalaan sapi seluas 1 hektar mampu menghasilkan produksi biomassa dan untuk menyerap sampah biologi yang dihasilkan. Penyerapan sampah yang dihasilkan dari material biologi yang dipanen tidak dihitung dalam jejak ekologi. Begitu pula dengan CO2 yang dihasilkan oleh tumbuhan dan pernafasan manusia, karena sampah ini dihasilkan dalam suatu proses proses biologi tertutup. Namun CO2 yang dihasilkan oleh akibat pembakaran kayu bakar ataupun bahan bakar fosil dihitung karena sampah ini dihasilkan oleh aktifitas non biologi manusia. Adapun lahan yang dibutuhkan untuk menyerap sampah CO2 ini disebut dengan lahan penyerap karbon. Kemampuan rata-rata hutan dalam penyerapan karbon dan jumlah emisi CO2 yang dihasilkan adalah data dasar yang dibutuhkan dalam perhitungan lahan penyerap karbon. Pada perhitungan lahan penyerap karbon tingkat local, maka kemampuan rata-rata penyerapan karbon hutan tergantung pada jenis ekosistem hutan local. Hutan alami merupakan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan (SPL) pertanian, dikarenakan keragaman pohonnya yang tinggi, dengan tumbuhan bawah dan seresah di permukaan tanah yang banyak.
Kategori sampah yang ke dua adalah material yang secara khusus dikirim pada suatu lahan. Jika lahan yang digunakan adalah lahan produktif, maka jejak lahan ini dihitung sebagai lahan terbangun yang dipakai sebagai tempat penyimpanan sampah jangka panjang. Contohnya adalah tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Kategori sampah yang ketiga adalah polutan dan racun yang tidak bisa diserap ataupun diuraikan oleh proses biologi seperti plastik atau senyawa kimia. Karena jejak ekologi menghitung lahan produktif yang digunakan untuk memproduksi materi atau menyerap sampah, materi seperti plastik dan senyawa kimia tidak dihasilkan oleh proses biologi atau diserap oleh sistem biologi, maka sampah jenis ini tidak terdefinisi dalam jejak ekologi. Sehingga sampah ini tidak masuk dalam perhitungan jejak ekologi.
Tahap terakhir perhitungan adalah menjumlahkan jejak ekologi ke dalam enam tipe lahan yang merupakan gambaran konsumsi per kapita. Data per kapita yang dikalikan dengan jumlah penduduk suatu daerah menggambarkan jejak ekologi daerah tersebut. Hasil ini kemudian dibandingkan biokapasitas lahan yang ada.

BAB III
HASIL PERHITUNGAN

A.  Transportasi
1.  Dengan apa anda bepergian hari ini?
a) Berjalan…..0
b) Bersepeda…..5
c) Dengan Angkutan Umum…. 4x 30
d) Menumpang.....15
e) Kendaraan Pribadi ….30
(Kalikan setiap skor dengan berapa sering metode  tsb dipakai dalam
satu hari dan kemudian di total.)
Nilaiku 4 x 30 = 120
Sub-Total: 120

B.  Penggunaan Air
1.  Seberapa banyak air yang digunakan?
a)  Tidak mandi….0
b)  Mandi, 1-2 menit. ….5
c)  Mandi, 3-6 menit.…2x 10
d)  Mandi, 10 min ….   20
e)  Mandi dengan air satu bath tub penuh….20
f)  Mandi dengan air setengah bath tub….10
g)  Mandi dengan air bekas orang lain….10
h)  Menggosok gigi dg air kran tetap mengucur….5
i)  Mencukur kumis/jenggot dengan air kran tetap mengucur….5
Nilaiku 2 x 10
Sub-Total: 20

C.  Berpakaian
 1.  Saya menggunakan pakaian lebih dari sekali sebelum di cuci?
a)  Sering….0
b)  Kadang-kadang….1x 5
c)  Tidak pernah….10
2.  Saya menggunakan pakaian bekas (yg diperbaiki)
a)  iya….(-5)            b)  tidak….0
3.  Saya memperbaiki baju saya sendiri?
a)  ya….(-5)             b)  Tidak….0
3.  50% dari baju saya adalah baju turunan?
a)  ya….(-5)             b)  tidak….0
4.  Saya membersihkan dan mengeringkan baju?
a)  none….0   b)  1-5 lembar….10 c) lebih dari 6 lembar...... 20
Nilaiku 5
Sub-total: ­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­5

D.  Rekreasi
Mengenali permainan, olahraga, dan aktivitas dimana anda terlibat, pada hari biasa di waktu senjang.
1. Seberapa banyak peralatan yg diperlukan ?
a)  tidak ada atau sedikit.. b)  beberapa….1x 10    c)  cukup banyak….20
2.  Seberapa luas lahan yg dibutuhkan untuk bermain di lapangan, dataran es, kolam renang, untuk memenuhi kebutuhan rekreasi anda?
a)  tidak ada atau sedikit….0   b) sedang (<1 hektar) 1x  10   c) cukup besar (>hektar)…20
(Lihat tabel konversi pada akhir kuis untuk bantuan)
3.  Saya menghabiskan uang hari ini untuk belanja (pakaian, baju, peralatan olahraga)?
a)  Tidak ada….0   b)$5…5    c)$10…10   c)$10+…1 pt. per dollar
Nilaiku 20
Sub-Total: 20

E.  Makanan
1.  Berapa porsi daging yang dimakan sehari?
a)  0….0   b) 1 porsi….1x 10   c) 2 porsi….20   d) 3 porsi….30
2.  Seberapa banyak makan bersisa di piring?
a) tidak ada…1x 0    b) sedikit….5    c) cukup banyak….10
3. Saya mengkonsumsi campuran sisa sayur dan buah?
a)  ya….0                 b)  tidak….1x  10
4.  Makanan yg saya makan adalah makanan lokal?
a)  semuanya….0                     b)  beberapa...1x  10                 c) tidak ada….20
5.  Makanan yg saya makan adalah produk organik?
a)  semuanya….0     b)  beberapa..1x 10                  c) tidak ada….20
6.  Makanan yg dikonsumsi dibungkus plastik/kertas?
a)  Tidak….0            b) beberapa….1x 10                
c) Semuanya….20
Nilaiku 30
Sub-Total:  30

F.  Sampah
1. Jika saya membuang seluruh sampah  pd hari ini, seberapa besar penampungan sampahnya?
a)  peti kayu….30
b)  kotak sepatu….1x 20
c)  secangkir….5
d)  tidak ada sampah….0
Nilaiku 20
Sub-Total: ­­­­­­­­­­­­­­­­­­­20
Add Sub-Totals of “A-F” for Total 1: 215

G.  Ruang Tinggal
1.  Hitung dalam satuan meter persegi ruang indoor yg  diperlukah dlm keseharian. Termasuk semua ruangan di rumah (termasuk garasi), sekolah (kantin, kelas), kantor (ruang kantor pribadi, area kerja, toilet). Bagi luas total ruangn dg jumlah orang di dalamnya.
Contoh:
Living Space Averages         Educ. Space/Per Student
Ave. Dorrm Space-25 sq m  Classroom & Lab -30 sq m
Ave. Apt. space- 35 sq m     Administration    -   3 sq m
                                           Other         -   5 sq m
Add up “a-d” for “Total Square Meters”.
(1 sq. meter = 10 sq. feet)
a)  “Home” sq. meters = 240
      divided by # of people = 40                                Sq meters
b)  School sq. meters = ________________
      divided by # of people = ____________  Sq meters
c)  Office sq. meters = 100
      divided by # of people =  2                                    Sq meters
d)  other sq. meters = ________________
      divided by # of people = ___________   Sq meters
Nilaiku 42
Total 2: 42

TOTAL KESELURUHAN= (Total 1 + Total 2)  X  3
 ( 215+42)  X  3 = 257 x  3 = 771

Anda telah menghitung total dari ‘tiga’ tipikal keseharian anda. Sekarang ubah total keseluruhan tsb menjadi jejak ekologis pribadi anda, menggunakan rumus dibawah:
Total keseluruhan dibagi 100 = jejak ekologis anda dalam satuan hektar

JEJAK EKOLOGIS PRIBADI  = 7,71  HEKTAR




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan jejak ekologis, maka saya telah menyumbang sekitar 7,71 hektar selama satu tahun, mulai dari untuk makan, papan, sandang, pendidikan, transportasi, dll. Dengan pemahaman terhadap jejak ekologis jejak ekologis tersebut, bahwa saya sebagai manusia yang ada di muka bumi ini telah menambah beban kepada bumi, saya belum beretika dengan lingkungan dan berakhlak terhadap Tuhan, lingkungan dan sesama makhluk.

3.2  Saran
Setelah mengetahui jejak ekologi, kita dapat mendukung keberlanjutan bumi ini dengan cara mengurangi kegiatan konsumsi kita pada sumber daya yang ada sehingga mendukung lingkungan hidup, sehingga dapat beretika terhadap lingkungan dan berakhlak terhadap Tuhan, lingkungan dan sesama makhluk.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar